Ponpes Harus Memiliki Perbedaan dengan Institusi Pendidikan Lain
Salah satu lembaga pendidikan Islam yang memiliki peran yang penting dalam transfer dan transmisi ilmu pengetahuan ke-Islam-an adalah Pondok Pesantren (Ponpes). Secara historis, Ponpes sebenarnya telah eksis sejak jauh sebelum kedatangan agama Islam di nusantara.
Sebelum abad ke-20, Ponpes merupakan satu-satunya lembaga pendidikan formal yang dapat ditemukan di wilayah pulau Jawa, dan juga hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Dalam realitasnya, lembaga pendidikan di Ponpes telah mampu mempertahankan eksistensi dan spesifikasi sistem pendidikan Islam tertua di Indonesia, bahkan menjadi agen pencetak elit agama Islam dan pemelihara tradisi Islam yang terus hidup dan berkembang di tengah-tengah dinamika kehidupan masyarakat.
Namun ironisnya, minimnya sarana dan prasarana Ponpes menjadi penghambat dalam proses pembelajaran, sehingga hal ini perlu mendapatkan dukungan pendanaan dari pemerintah pusat. Belum optimalnya perhatian kepada para guru Ponpes pun perlu perhatian pemerintah, misalnya pemberian insentif.
“Insya Allah, kedepan Kementerian Agama akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki kinerja-kinerja mereka. Mungkin ada hal yang belum bisa diperbaiki yaitu faktor anggaran yang memang belum memungkinkan untuk dibantu untuk itu,” ungkap Anggota Komisi VIII DPR RI Samsu Niang saat pertemuan dengan Kakanwil Kemenag Sulteng, Jum’at kemarin (09/10’2015) di Palu-Sulteng.
Politikus F-PDI Perjuangan ini menyarankan agar Ponpes untuk tidak hanya berpatok kepada bantuan pemerintah. Jika ingin institusi-institusi pendidikan Islam menjadi lebih baik, harus memiliki perbedaan dengan institusi pendidikan lainnya.
“Ponpes harus mampu menghadirkan guru, sarana dan prasarana yang berkualitas, dan mampu meyakinkan kepada masyarakat atau orangtua setelah anaknya masuk disini pasti pintar,” imbuh Samsu.
Sehingga, lanjut Samsu, orangtua yakin dengan kemampuan ponpes tersebut, sehingga tak perlu jauh-jauh menyekolahkan anaknya hingga ke luar Sulteng. Bahkan, orangtua pun siap dengan biaya yang dikeluarkan, asal sepadan dengan hasilnya.
“Jangan semua ke Jawa Timur, dan ke luar negeri, di Sulteng saja ini bisa tapi yakinkan mereka setelah tamat disini jadi manusia-manusia unggul. Jadi harus ada berbeda dengan sekolah reguler dan sekolah unggulan itu. Ini yang perlu dipikirkan,” jelasnya.
Oleh karena dibutuhkan komitmen bersama dan pihak yang berkepentingan. Ponpes harus menyakinkan bahwa didikannya memberikan hasil yang berkualitas.
“Insya Allah, setelah kita kembali ke DPR RI tentu apa yang menjadi harapan bapak dan ibu sekalian, kita akan perjuangkan disana sampai nafas penghabisan,” ujar politikus asal Dapil Sulsel menutup pembicaraan.(iw)/foto:iwan armanias/parle/iw.